Friday, January 30, 2009

Lindungi Warga Sipil Madagaskar!

NEW YORK — Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) Ban Ki-moon, menyerukan pemerintah Madagaskar memberikan prioritas mutlak untuk melindungi warga sipil di tengah-tengah aksi-aksi protes antipemerintah yang telah menelan korban sedikitnya 68 jiwa. "Sekjen menyerukan kepada Pemerintah Malagasi untuk memberikan prioritas utama terhadap perlindungan penduduk," kata pernyataan kantor persnya.

"Ini terserah kepada pihak-pihak di Malagasi untuk mengatasi ketidaksepakatan mereka melalui cara-cara damai dan dialog," katanya.

Ban, yang saat ini sedang berada di Swiss untuk menghadiri Forum Ekonomi Dunia, menyatakan prihatin mengenai ’kerusuhan serius yang menelan korban puluhan orang yang terjadi di Antananarivo dan di sekitarnya baru-baru ini.’

Dia menandaskan kembali tawaran bantuan PBB untuk melakukan proses dialog dan untuk rekonsiliasi nasional.

Pada Kamis pagi, ibu kota Madagaskar ditinggalkan pada saat penduduknya mengacuhkan seruan yang dilakukan wali kota untuk kembali ke kota yang menjelma menjadi kota hantu itu.

Wali Kota Antananarivo Andry Rajoelina menyerukan kepada penduduknya untuk memprotes keadaan ini dengan tinggal di rumah saja dan menjadikan ibu kota tersebut seperti ’kota mati’. Hal itu dilakukan saat dia mengeluarkan ultimatum kepada pemerintah untuk mengadili siapa pun orang yang berada di balik pembunuhan seorang pemrotes pada Senin lalu.

Presiden Madagaskar Marc Ravalomanana memperpendek lawatannya untuk menghadiri konferensi tingkat tinggi (KTT) kawasan di Afrika Selatan, Minggu, dan kembali ke negerinya berupaya mengatasi krisis karena situasinya semakin buruk.

Polisi mengatakan, sedikitnya 42 orang tewas selama terjadinya aksi kekerasan di ibu kota, termasuk 30 perusuh yang dihantam oleh atap yang ambruk dari satu pasar swalayan yang terbakar.

Sebanyak 26 orang lainnya tewas dalam aksi kerusuhan di beberapa kota dan wilayah lainnya di negara pulau Lautan India itu. Banyak korban yang ditemukan pada Senin dan Selasa pagi.

From: www.kompas.com

No comments: