Saturday, January 19, 2008

Jurnalistik

Bab I

Prasyarat Menjadi Reporter Televisi

Dunia pertelevisian kita mengalami perkembangan pesat. Awalnya, kita hanya punya satu televisi. Itu pun dimiliki oleh pemerintah. Namanya Televisi Republik Indonesia (TVRI). Pada 1989, lahir Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI). Dia menjadi televisi swasta pertama di Indonesia. Televisi swasta yang kemudian berturut-turut lahir adalah Surya Citra Televisi (SCTV), Televisi Pendidikan Indonesia

(TPI), Indosiar, dan Andalas Televisi (AnTeve). Sejak reformasi bergulir, televisi swasta bermunculan. Ada Metro TV, Transformasi Televisi (Trans TV), TV 7 yang kini menjadi Trans 7, Lativi, dan Global TV. Dunia pertelevisian Tanah Air makin semarak dengan berdirinya stasiun-stasiun televisi daerah, stasiun-stasiun televisi komunitas, serta jaringan televisi berbayar atau berlangganan (paid TV).

Sejumlah televisi swasta tergabung dalam satu kelompok usaha. RCTI, TPI, dan Global TV tergabung dalam Media Nusantara Citra (MNC). Trans TV dan TV 7 dimiliki oleh kelompok usaha yang sama. Dalam fenomena seperti ini, yang terjadi adalah pengerucutan jumlah kepemilikan.

Secara umum stasiun televisi kita terdiri dari televisi generalis dan televisi spesialis. Televisi generalis menyajikan program atau acara beragam, dari sinetron, musik, film, acara anak-anak, hingga berita. Untuk televisi nasional, yang termasuk dalam kategori televisi generalis adalah RCTI, SCTV, TPI, Indosiar, AnTeve, Trans 7, Lativi, TV 7, termasuk TVRI. Televisi spesialis menitikberatkan pada program tertentu. Metro TV adalah TV spesialis yang menspesialisasikan diri pada program berita. Tetapi, sebagaimana kita saksikan selama ini, televisi generalis maupun televisi berita semuanya menyajikan program berita.

Kebutuhan akan pekerja untuk program berita televisi lantas menjadi suatu keniscayaan. Dunia jurnalistik televisi tiba-tiba menjadi lapangan pekerjaan yang menarik. Banyak lulusan perguruan tinggi mendambakan bekerja sebagai jurnalis televisi. Pekerja media cetak berbondong-bondong hijrah ke televisi. Banyak orang memutuskan bekerja di dunia jurnalistik televisi karena di sana ada tantangan, kepuasan, variasi, serta mungkin ketersohoran dan gajinya. Andrew Boyd dalam buku Broadcast Journalism menyebut pekerjaan di dunia jurnalistik televisi sebagai the best job in town.

Salah satu posisi atau jabatan dalam produksi berita televisi adalah reporter. Dia sering dianggap ujung tombak produksi berita televisi. Skill sebagai reporter menjadi bekal dasar untuk menapak ke posisi-posisi berikutnya. Bahkan, di stasiun-stasiun televisi di negara-negara maju yang menjadi reporter di lapangan umumnya mereka yang senior. Bekal, persiapan atau prasyarat apakah yang harus dimiliki oleh seorang calon jurnalis televisi?

Prasyarat Psikologis: Vitalitas Plus

Pertanyaan mendasar yang sering diajukan dalam dunia kewartawanan adalah apa prasyarat atau bekal menjadi wartawan. Apakah kecantikan, kegagahan, keluwesan bergaul, pengetahuan, atau rasa ingin tahu yang bisa menjadi bekal atau prasyarat utama menjadi wartawan? ‘’Rasa ingin tahu’’ tentu menjadi jawaban paling umum yang dikemukakan oleh banyak orang. Tetapi, itu jawaban klise. Buku Vademekum Wartawan menyebutkan prasyarat menjadi reporter bukan pertama-tama karena kecantikan dan kegagahan, bukan keluwesan bergaul, bukan pula rasa ingin tahu dan pengetahuan luas, melainkan ketekunan, kegigihan, dan vitalitas. Berkaitan dengan jawaban klise bahwa untuk menjadi wartawan harus memiliki rasa ingin tahu, rasa ingin tahu itu bisa terpenuhi dengan vitalitas. Tanpa vitalitas, rasa ingin tahu itu tak akan terpenuhi.

Buku vademukum wartawan sesungguhnya adalah buku reportase dasar untuk wartawan media cetak. Jika bekal atau syarat menjadi wartawan media cetak saja adalah vitalitas, apalagi wartawan televisi. Wartawan televisi harus punya vitalitas yang lebih tinggi dibanding wartawan media cetak. Bekal psikologis jurnalis televisi adalah vitalitas plus.

Terdapat setidaknya dua alasan mengapa jurnalis televisi membutuhkan bekal psikologis vitalitas plus. Pertama, jurnalis televisi harus berada di tempat ketika kejadian. Wartawan koran bisa memperoleh berita dengan menghubungi narasumber berkompeten melalui telepon, tanpa harus selalu datang ke lokasi. Wartawan radio tidak harus melaporkan suatu kejadian dari lokasi kejadian. Tetapi, jurnalis televisi harus memperoleh gambar kejadian sehingga dia harus berada di lokasi kejadian. Kedua, deadline berita televisi jauh lebih ketat dibanding berita media cetak. Di televisi, berita hari itu harus dilaporkan hari itu juga. Bahkan dalam laporan live atau siaran langsung, berita dilaporkan saat kejadian berlangsung.

Prasyarat Fisik: Tidak harus cantik, tetapi harus Sehat

Dunia televisi, kata orang, adalah dunia glamour. Siapa yang akan memasuki dunia ini harus tampil glamour, cantik atau tampan, dan penuh percaya diri. Syarat semacam ini boleh jadi benar atau berlaku jika Anda ingin menjadi presenter. Setidaknya, stasiun-stasiun televisi Indonesia masih memberlakukan syarat ’’cantik’’ dan ’’tampan’’ untuk para presenter mereka.

Tetapi, untuk menjadi reporter di lapangan, Anda tidak harus luar biasa cantik layaknya presenter. Pokoknya, penampilan Anda tak terlampau buruk saja, Anda bisa menjadi reporter. Jika Anda ditugaskan live atau melaporkan secara langsung, yang penting Anda terlihat percaya diri di depan kamera. Untuk dapat percaya diri, Anda harus menguasai materi yang akan Anda sampaikan dalam laporan langsung. Untuk percaya diri, Anda juga harus memiliki lafal atau pengucapan serta bahasa tubuh yang baik, dan itu semua bisa dilatih.

Yang sifatnya mutlak di dunia televisi adalah kesehatan fisik yang prima. Itu karena, seperti disebutkan di atas, Anda harus punya vitalitas plus. Anda harus berada di lokasi kejadian dengan deadline yang ketat. Karena itu, banyak stasiun televisi mensyarakatkan kesehatan fisik bagi semua calon reporter mereka.

Bagaimana dengan tinggi badan? Untuk menjadi reporter televisi, tidak ada persyaratan khusus tentang tinggi badan. Pokoknya, Anda punya tinggi badan rata-rata orang Indonesia, Anda sudah bisa menjadi reporter. Kamera bisa ’’menutupi’’ kekurangan atau kelebihan tinggi badan Anda. Karena itu, seringkali penonton atau masyarakat berkomentar ketika melihat langsung seorang presenter, ’’Ternyata presenternya badannya kecil, ya. Kok di teve kelihatan tinggi besar.’’ Prasyarat tinggi badan relatif lebih dibutuhkan jika Anda ingin menjadi juru kamera.

Prasyarat Pendidikan: Dari Jurusan Apa Saja

Perguruan tinggi seolah berlomba membuka jurusan broadcasting, jurnalistik, atau ilmu komunikasi, bersamaan dengan makin semaraknya industri pertelevisian di Tanah Air. Jurusan-jurusan itu menyediakan pendidikan strata diploma tiga serta sarjana. Jurusan-jurusan tersebut memang memberi bekal pendidikan, ilmu, serta keterampilan yang lebih spesifik untuk memasuki dunia pertelevisian dibanding jurusan-jurusan lain. Dari sisi praktis, perguruan-perguruan tinggi tadi membuka jurusan-jurusan tersebut memang untuk menyediakan tenaga terampil di bidang pertelevisian.

Tetapi, untuk menjadi jurnalis televisi, Anda tidak harus alumni jurusan broadcasting, jurnalistik, atau ilmu komunikasi. Stasiun-stasiun televisi di Indonesia umumnya menerima lulusan dari jurusan apa pun setingkat sarjana. Agak sulit menjadi reporter televisi, kendati Anda lulusan broadcasting, tetapi berstatus diploma tiga.

Dengan begitu, untuk menjadi reporter televisi, Anda bisa berasal dari jurusan apa pun. Coba perhatikan para reporter televisi di Indonesia. Mereka tidak hanya berasal dari jurusan ilm komunikasi, jurnalistik atau broadcasting, tetapi lulusan ilmu politik, ekonomi, sastra atau ilmu budaya, teknik. Lulusan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) atau Universitas Islam Negeri (UIN) serta Institut Pertanian Bogor (IPB), banyak yang menjadi reporter televisi.

Karena untuk menjadi jurnalis Anda bisa berasal dari jurusan apa pun, Jefrrey Owen dalam buku Ethics in Journalism menyebutkan jurnalis bukanlah profesi, sebagaimana pengacara, akuntan, atau dokter. Sekadar menambah pengetahuan, satu pekerjaan disebut profesi jika sekurang-kurangnya memenuhi tiga syarat: ada organisasi profesi, ada kode etik, serta pendidikan. Wartawan punya kode etik dan organisasi profesi, tetapi untuk menjadi wartawan Anda tidak harus berasal dari jurusan broadcasting, jurnalistik, atau ilmu komunikasi. Wartawan berbeda dengan pengacara, akuntan, atau dokter. Jika Anda ingin menjadi dokter, Anda harus menempuh pendidikan kedokteran. Untuk menjadi pengacara, Anda harus kuliah di fakultas hukum. Jika ingin menjadi akuntan, Anda wajib mengambil jurusan akuntansi. Tetapi, sekali lagi, untuk menjadi jurnalis, Anda bisa berasal dari jurusan apa pun.

Jurusan apa pun yang Anda tempuh, Anda harus memiliki pengetahuan umum yang luas serta bahasa Inggeris yang baik. Stasiun-stasiun televisi biasanya mengadakan tes bahasa Inggeris dan pengetahuan umum bagi para calon reporter mereka.

Prasyarat Pengalaman: Pengalaman adalah Guru Terbaik

Ini pengalaman satu stasiun televisi swasta di Indonesia. Ketika berdiri, stasiun televisi ini merekrut banyak fresh graduate dari berbagai jurusan untuk menjadi reporter. Tapi, para pengambil keputusan di sana melihat perkembangan para reporter baru itu kurang meyakinkan. Dalam rekrutmen berikutnya, stasiun televisi swasta ini merekrut mereka yang pernah bekerja di media cetak. Ternyata perkembangan para alumni media cetak ini lumayan pesat. Ini menunjukkan pengalaman sebagai reporter di media cetak menjadi nilai plus jika ingin menjadi reporter televisi. Mereka tinggal mengubah pola kerja dari jurnalis media cetak menjadi jurnalis televisi. Karena itu, ada yang menyebutkan dasar atau basic jurnalistik televisi adalah jurnalistik media cetak.

Tetapi, fenomena jurnalis media cetak beralih menjadi jurnalis televisi bukan tanpa persoalan. Seringkali, kerangka berpikir jurnalis televisi yang berasal dari jurnalis media cetak, masih kerangka berpikir jurnalisme media cetak. Ini antara lain terlihat dari narasi atau narasi yang berpanjang-panjang dengan bahasa jurnalistik cetak, bukan bahasa jurnalistik televisi. Pelatihan jurnalistik televisi akan menjadikan mereka jurnalis televisi sesungguhnya.

Banyaknya jurnalis televisi yang berasal dari media cetak salah satunya akibat terbatasnya sumberdaya manusia di bidang jurnalistik televisi. Karena itu, ketika stasiun televisi swasta bermunculan, banyak terjadi pembajakan tenaga siap pakai di dunia pertelevisian.

Kehadiran jurusan ilmu komunikasi, jurnalistik, ataupun broadcasting di dunia pendidikan kita diharapkan dapat menutup kekurangan tenaga kerja siap pakai di bidang jurnalistik televisi. Tetapi, tetap saja sebagian besar lulusan jurusan-jurusan tadi belum memiliki pengalaman.

Sejumlah stasiun televisi juga mengadakan tes on cam. Dalam tes ini Anda diminta seolah-olah sedang melaporkan suatu kejadian secara live atau langsung. On cam Anda direkam, dan dari rekaman itulah, stasiun televisi menilai kemampuan Anda. Agar hasil tes on cam Anda baik, Anda yang belum punya pengalaman, bisa berlatih atau mengikuti workshop serta sering menonton di layar televisi bagaimana reporter sungguhan on cam.

Anda bisa aktif di koran kampus atau rajin menulis artikel ke media cetak untuk melatih kemampuan menulis Anda. Anda bisa aktif di televisi kampus, jika universitas Anda memilikinya. Praktik Kerja Lapangan (PKL) atau magang kerja di stasiun televisi juga merupakan bagian kegiatan yang dapat menutupi kekurangan pengalaman para lulusan jurusan ilmu komunikasi, jurnalistik, atau broadcasting.

Prasyarat Kemampuan Teknis: Bisa karena Biasa

Perbedaan antara media cetak dan televisi antara lain dalam hal teknologi. Televisi menggunakan teknologi yang lebih canggih dibanding media cetak. Karena itu, kemampuan teknis amat diperlukan ketika kita ingin bekerja sebagai jurnalis televisi. Melvin Mencher dalam buku News Reporting and Writing mengatakan, pekerjaan reporter televisi menggunakan teknologi yang lebih kompleks bahkan dibanding reporter radio. Kemampuan teknis itu antara lain berupa kemampuan menggunakan komputer dengan sistem tertentu, kemampuan mengoperasikan alat preview gambar, dan lain-lain.

Tetapi, Anda yang belum memiliki kemampuan teknis dan ingin menjadi jurnalis televisi tak perlu khawatir. Kemampuan teknis yang mutlak diperlukan oleh seorang reporter adalah teknik reportase dan teknis menulis berita televisi. Untuk itu, Anda sekurang-kurangnya harus memiliki kemampuan menggunakan komputer dengan sistem tertentu serta mengoperasikan alat preview. Biasanya ketika Anda baru bergabung dengan salah satu stasiun televisi, ada pelatihan singkat berkaitan dengan penggunaan alat-alat teknis yang berhubungan dengan pekerjaan Anda sebagai wartawan televisi. Karena setiap hari Anda kelak akan menggunakan teknologi tersebut, Anda pasti akan mahir. Bisa karena biasa, kata orang bijak.

Kemampuan menggunakan kamera bukan keterampilan mutlak yang harus dimiliki reporter. Juru kamera mutlak memiliki keterampilan ini. Reporter yang memiliki kemampuan atau keterampilan menggunakan kamera punya nilai plus. Jika Anda memiliki keterampilan mengoperasikan kamera, Anda siap jika suatu ketika ditugaskan meliput peristiwa tanpa bantuan juru kamera. Anda bisa belajar dari juru kamera cara menggunakan kamera di waktu-waktu luang Anda. Ada stasiun televisi yang mengadakan pelatihan kamera untuk reporter.

Kemampuan mengedit gambar juga bukan keterampilan mutlak bagi reporter. Ada editor yang akan mengedit gambar-gambar Anda. Tetapi, keterampilan mengedit gambar akan menjadi nilai plus bagi reporter, karena dia bisa lebih leluasa mengedit gambar-gambar yang diperolehnya di lapangan.

Jika Anda memiliki skill reportase, melaporkan, mengambil gambar, serta mengedit berita, Anda disebut multi-skilled broadcast journalist.[]

Bab II

Berita Televisi

Apa itu berita televisi? Sebelum menjawab pertanyaan itu, kita sebaiknya mengetahui apa itu berita media cetak. Sebabnya, ada yang mengatakan bahwa dasar jurnalistik televisi adalah jurnalistik cetak. Entah benar, entah tidak pendapat tersebut, kita memang perlu membandingkan jurnalistik televisi dan jurnalistik cetak. Dalam konteks buku ini, tujuannya adalah agar kita tahu perbedaan antara jurnalistik televisi dan jurnalistik cetak, sehingga kita lebih memahami jurnalistik televisi.

Berita Media Cetak versus Berita Televisi

Dalam dunia jurnalistik media cetak, terdapat begitu banyak defenisi berita. Kita kutip beberapa di antaranya:

  • Berita adalah sesuatu yang baru dan penting, yang memiliki dampak bagi kehidupan (Freda Morris).
  • Berita adalah laporan pertama dari kejadian penting sehingga menarik perhatian umum (Eric C. Hepwood, 1996).
  • Berita adalah laporan tentang peristiwa atau pendapat yang memiliki nilai penting, menarik bagi sebagian khalayak, masih baru dan dipublikasikan melalui media massa periodik (JB Wahyudi).
  • Jika anjing menggigit orang, itu bukan berita; tetapi, jika orang menggigit anjing, itu baru berita (Charlesh Dana, 1996).
  • Bad news is good news.

Mahasiswa jurnalistik biasanya paling hafal dengan dua definisi yang disebut terakhir. Dua definisi di atas bisa disebut definisi berita yang paling konvensional atau klasik.

Definisi-definisi di atas tidak sepenuhnya berlaku untuk berita televisi. Itu antara lain karena kekuatan televisi ada pada gambar. Jika juru kamera mendapat gambar anjing yang sedang menggigit orang, itu bisa jadi berita televisi. Good news, jika kita memiliki gambarnya, bisa jadi berita. Sebagai contoh, berita kemenangan tim olimpiade fisika bisa jadi berita televisi jika kita memiliki gambarnya. Sebaliknya, berita ‘’seburuk’’ apa pun, misalnya, tsunami dan gempa bumi yang menimbulkan banyak korban, tak akan menjadi berita televisi yang baik, jika kita tak memiliki gambarnya. Untuk televisi, bukan berita pertama pun akan menarik jika kita memiliki gambarnya.

Kritik-kritik terhadap definisi berita yang cenderung merupakan definisi berita untuk media cetak dan tidak selamanya berlaku untuk televisi, mengantarkan kita pada definisi berita televisi. Karena televisi tak bisa lepas`dari gambar, definisi berita televisi tentu akan menegaskan unsur gambar di dalamnya. Berita televisi adalah laporan peristiwa atau pendapat yang aktual, menarik, dan berguna yang disiarkan dengan gambar melalui media televisi.

Dari definisi tentang berita, kita biasanya merentang detil unsur-unsur yang menjadi nilai berita. Unsur-unsur ini penting karena menjadikan suatu berita bernilai. Adapun nilai-nilai berita tersebut adalah:

  • Aktual, segera (timliness)
  • Berguna (impact)
  • Menonjol (prominent)
  • Kedekatan (proximity)
  • Konflik (conflict)
  • Sedang menjadi pembicaraan (currency)


Makin banyak unsur di atas dipenuhi oleh suatu berita, makin bernilai berita tersebut. Atau, makin banyak suatu peristiwa mengandung unsur-unsur di atas, makin besar kemungkinan peristiwa tersebut dijadikan berita.

Unsur-unsur nilai berita di atas juga cenderung berlaku untuk berita media cetak. Tetapi, bukan berarti nilai-nilai berita di atas sama sekali tidak berlaku untuk televise. Cuma, untuk berita televisi, nilai-nilai berita tersebut harus ditambah dengan:

  • Eksklusivitas
  • Kecepatan
  • Pengemasan

Ketiga nilai berita televisi di atas berkaitan dengan karakteristik berita

televisi, yang mengutamakan gambar, berlomba dengan waktu, serta kecepatan. Ketiga nilai berita televisi di atas juga berkaitan dengan lebih tingginya persaingan di dunia televisi dibanding di dunia media cetak.

Eksklusivitas menjadikan suatu stasiun televisi unggul dalam persaingan. Artinya, stasiun televisi yang memperoleh berita eksklusif tentu lebih unggul dibanding stasiun televisi lainnya. Jaringan yang luas dengan sumber-sumber berita menentukan suatu stasiun televisi mendapat berita-berita eksklusif. Artinya, makin luas jaringan suatu stasiun televisi, makin besar peluangnya mendapatkan berita-berita eksklusif.

Namun, jika berita eksklusif tidak didapat—stasiun-stasiun televisi lain mendapat berita yang sama--, maka yang unggul adalah yang paling cepat menyiarkannya. Kepemilikan teknologi, seperti satellite news gathering, videophone, dll, menjadi salah satu prasyarat suatu stasiun televisi untuk dengan cepat menyiarkan suatu berita.

Tetapi, jika bukan berita eksklusif yang didapat serta sejumlah stasiun televisi bisa menyiarkan suatu berita secara relatif sama cepat, maka yang unggul adalah yang paling baik pengemasan. Pelatihan menulis narasi, mengedit berita, serta menyusun show, menjadi prasyarat suatu televisi dapat mengemas berita secara baik.[]

Bab III

Bahasa Jurnalistik Televisi

Kita harus menggunakan bahasa harus menggunakan Bahasa Indonesia yang baku dalam dunia jurnalistik televisi. Ini diatur dalam Pasal 9 Keputusan Komisi Penyiaran tahun 2004 tentang Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran. Karena itu, pembahasan tentang bahasa jurnalistik televisi menjadi suatu keniscayaan.

Karakteristik Televisi

Sebelum kita membahas bahasa jurnalistik televisi, kita membahas terlebih dahulu karakteristik televisi. Itu karena bahasa jurnalistik televisi sangat ditentukan oleh karakteristik televisi. Adapun karakteristik media televisi adalah:

  • Media pandang dengar (audio-visual)

Televisi adalah media pandang sekaligus media dengar. Ia berbeda dengan

Media cetak yang lebih merupakan media pandang. Orang memandang gambar yang ditayangkan di televisi, sekaligus mendengar atau mencerna narasi atau narasi dari gambar tersebut.

  • Mengutamakan gambar

Kekuatan televisi terletak lebih pada gambar. Gambar—dalam hal ini gambar hidup—membuat televisi lebih menarik dibanding media cetak. Narasi atau narasi bersifat mendukung gambar.

  • Mengutamakan kecepatan

Jika deadline media cetak satu kali 24 jam, deadline atau tenggat televisi bisa disebut setiap detik. Karena itu, televisi mengutamakan kecepatan. Kecepatan bahkan menjadi salah satu unsur yang menjadikan berita televisi bernilai.

  • Bersifat sekilas

Jika media cetak mengutamakan ruang, televisi mengutamakan waktu atau durasi. Karena itu, apa yang ditayangkan televisi cenderung bersifat sekilas. Berita yang ditayangkan televisi cenderung tidak bersifat mendalam.

  • Bersifat satu arah

Televisi bersifat satu arah, dalam arti pemirsa tidak bisa pada saat itu juga memberi respon pada berita televisi yang ditayangkan, kecuali pada beberapa program interaktif.

  • Daya jangkau luas

Televisi memiliki daya jangkau luas. Ini berarti televisi menjangkau segala lapisan masyarakat, dengan berbagai latar belakang sosial-ekonomi. Karena itu, siaran atau berita televisi harus dapat menjangkau rata-rata status sosial-ekonomi khalayak.

Bahasa Jurnalistik Televisi

Karakteristik media televisi di atas menentukan karakteristik bahasa jurnalistik televisi. Sebelum kita melihat kaitan antara karakteristik televisi dan bahasa jurnalistik televisi, kita akan melihat pendapat atau rumusan bahasa jurnalistik televisi yang dikemukakan oleh sejumlah penulis atau pakar jurnalistik.

Melvin Mencher dalam buku News Reporting and Writing (1997) merumuskan karakteristik jurnalistik televise seperti berikut:

  • Menggunakan bahasa sehari-hari.
  • Menggunakan kalimat-kalimat pendek.
  • Setiap kalimat mengandung satu ide.
  • Membatasi narasi atau berita hanya pada satu tema utama

Hall dalam buku Broadcast Journalism (1971) mengungkapkan karakteristik bahasa jurnalistik sebagai berikut:

  • Harus dalam gaya percakapan.
  • Harus dengan kalimat pendek dan lugas.
  • Harus menghindari susunan kalimat terbalik.
  • Harus mengusahakan subyek dan predikat berdekatan letaknya.

Suwardi Idris melalui buku Jurnalistik Televisi (1978) mencoba merumuskan

Sejumlah karakteristik bahasa jurnalistik televisi:

§ Sederhana, tidak bercampur-aduk dengan kata-kata asing atau kata-kata yang belum dikenal oleh rata-rata penonton.

§ Kalimat-kalimat hendaklah pendek, langsung pada sasaran, tidak berbelit-belit.

§ Hindari penggunaan kalimat terbalik.

§ Subyek dan predikat berdekatan letaknya.

Dalam buku Bahasa Jurnalistik (2006), Haris Sumadiria mengajukan

sejumlah karakteristik bahasa jurnalistik televisi:

§ Gunakan gaya ringan bahasa sederhana.

§ Gunakan prinsip ekonomi kata.

§ Gunakan ungkapan atau kalimat pendek.

§ Gunakan kata sederhana.

§ Gunakan kata sesuai dengan konteks.

§ Hindari ungkapan bombastis.

§ Hindari ungkapan klise dan eufimisme.

§ Gunakan kalimat tutur.

§ Gunakan kalimat obyektif.

§ Jangan mengulangi informasi.

§ Menguji ulang sejumlah istilah.

§ Gunakan kalimat aktif.

§ Jangan terlalu banyak menggunakan angka-angka.

§ Hati-hati mencantumkan jumlah korban.

Karakteristik Televisi menentukan Karakteristik Bahasa Jurnalistik Televisi

Kita saksikan bahwa karakteristik bahasa jurnalistik yang dikemukakan oleh para pakar jurnalistik di atas reletaif sama. Kita akan merangkum karakteristik-karakteristik bahasa jurnalistik televisi di atas, dan kemudian menjelaskan kaitannya dengan karakteristik televisi sebagai media berikut contohnya:

§ Menggunakan bahasa sehari-hari, gaya bahasa percakapan, atau kalimat tutur

Televisi adalah media audio-visual atau media pandang-dengar. Pemirsa memandang gambar dan mendengar narasi. Penyiar atau presenter atau reporter membacakan narasi atau narasi untuk pemirsa. Penyiar, presenter, atau reporter seolah tengah bercakap-cakap dengan pemirsa. Karena itu, kita harus menggunakan bahasa sehari-hari, bahasa percakapan, atau kalimat tutur dalam berita televisi yang kita buat. Bahwa bahasa jurnalistik televisi harus menggunakan gaya bahasa bertutur adalah juga untuk membedakannya dengan bahasa jurnalistik media cetak yang cenderung formal.

Contoh:

UNJUK RASA MAHASISWA DI GEDUNG D-P-R-D KOTA MEDAN/ DIWARNAI BENTROK DENGAN APARAT KEAMANAN/// (Formal, terutama pada kata ’’diwarnai.’ )

MAHASISWA BENTROK DENGAN APARAT/ KETIKA MAHASISWA BERUNJUK RASA DI DEPAN GEDUNG D-P-R-D KOTA MEDAN// (Bahasa tutur)

§ Menggunakan kata atau kalimat sederhana, menghindari kata asing, kata klise, istilah teknis, dan eufimisme

Sifat atau karakteristik televisi adalah jangkauannya yang luas. Itu artinya berita televisi menjangkau khalayak dari berbagai tingkat sosial-ekonomi. Jika untuk memperoleh informasi dari media cetak orang harus bisa membaca, untuk memperoleh informasi dari televisi orang tidak harus pandai membaca. Artinya, orang buta huruf pun bisa menonton berita televisi. Karena itu, bahasa jurnalistik televisi harus bisa dipahami oleh rata-rata penonton televisi. Bahasa yang dapat dipahami oleh rata-rata penonton televisi adalah bahasa yang sederhana, yang menghindari penggunaan kata asing atau istilah teknis yang belum umum. Jika terpaksa menggunakan kata asing atau istilah teknis, upayakan menjelaskan arti atau maknanya.

Contoh 1:

KOMISI SATU D-P-R AKAN MEMINTA KLARIFIKASI PANGLIMA T-N-I BERKAITAN DENGAN DUGAAN KETERLIBATAN ANGGOTA T-N-I DALAM JARINGAN PERDAGANGAN SENJATA INTERNASIOAL/// (Bukan bahasa jurnalistik televisi yang baik, karena ada kata asing dan ’’klarifikasi.’’)

KOMISI SATU D-P-R AKAN MEMINTA PENJELASAN PANGLIMA T-N-I BERKAITAN DENGAN DUGAAN KETERLIBATAN ANGGOTA T-N-I DALAM PERDAGANGAN SENJATA INTERNASIONAL// (Bahasa sederhana)

Contoh 2:

KERUSUHAN POSO MELIBATKAN OKNUM ANGGOTA T-N-I// (Bukan bahasa jurnalistik televisi, karena ada kata ’’klise’’, yaitu oknum.)

KERUSUHAN POSO MELIBATKAN ANGGOTA T-N-I/// (Bahasa jurnalistik televisi)

§ Menggunakan kalimat pendek atau ekonomi kata

Kalimat panjang seringkali lebih sulit dimengerti dibanding kalimat pendek. Padahal, televisi bersifat sekilas dan satu arah. Artinya, ketika penonton tidak paham dengan berita yang kalimatnya terlampau panjang, dia tidak dapat mengulang mendengar berita tersebut. Lagi pula, kekuatan berita ada pada gambar. Jadi, buat apa menggunakan kalimat yang panjang-panjang. Selain itu, televisi mengutamakan kecepatan. Kalimat panjang hanya akan menjadikan alur berita berjalan lamban. Tetapi, jika suatu berita melulu terdiri dari kalimat-kalimat pendek, akan kedengaran membosankan.

Contoh:

PARA MAHASISWA BERENCANA AKAN MELAKUKAN UNJUK RASA MENENTANG KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK/ BESOK/// (Terdapat sejumlah kata mubazir)

BESOK/ MAHASISWA BERUNJUK RASA MENENTANG KENAIKAN HARGA HARGA BAHAN BAKAR MINYAK///kalimat panjang dipecah menjadi dua kalimat pendek)

§ Menghindari kalimat terbalik, subyek dan predikat berdekatan posisinya, jabatan mendahului nama pemangku jabatan

Karakteristik bahasa jurnalistik televisi yang seperti ini sangat terkait dengan karakteristik televisi yang bersifat sekilas dan searah. Jika menggunakan kalimat terbalik atau letak subyek dan predikat berjauhan, boleh jadi penonton lupa siapa mengatakan atau melakukan apa.

Contoh 1:

SUSILO BAMBANG YUDHOYONO, PRESIDEN R-I, MEMERINTAHKAN ABURIZAL BAKRI, MENKO KESRA, MEMBERI GANTI RUGI KEPADA KORBAN LUMPUR LAPINDO DI SIDOARJO/ JAWA TIMUR// (Buruk, nama pemangku jabatan mendahului jabatan)

PRESIDEN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO MEMERINTAHKAN MENKO KESRA ABURIAL BAKRI MEMBERI GANTI RUGI KEPADA KORBAN LUMPUR LAPINDO DI SIDOARJO/ JAWA TIMUR// (Baik, jabatan mendahukui pemangku jabatan)

Contoh 2:

INDONESIA HARUS BEBAS DARI KORUPSI, KATA PRESIDEN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO// (Bukan bahasa jurnalistik televisi karena subyek dan predikat terpisah letaknya)

PRESIDEN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO BERTEKAD INDONESIA BEBAS DARI KORUPSI// (Bahasa jurnalistik televisi)


Contoh 3:

MEMPROTES PENANGKAPAN REKANNYA OLEH POLISI/ SERIBUAN MAHASISWA BERUNJUK RASA DI POLDA METRO JAYA/// (Bukan bahasa jurnalistik televisi, karena anak kalimat mendahului induk kalimat)

SERIBUAN MAHASISWA BERUNJUK RASA DI POLDA METRO JAYA MEMPROTES PENANGKAPAN REKAN MEREKA OLEH POLISI/// (Bahasa jurnalistik televisi)

§ Menggunakan kalimat aktif, jangan menyembunyikan kata kerja yang kuat di balik kata benda

Kalimat aktif lebih memiliki kekuatan dibanding kalimat pasif. Kalimat aktif juga lebih dimengerti dibanding kalimat pasif. Karena televisi merupakan media yang mengandalkan kecepatan dan bersifat sekilas, penggunaan kalimat aktif membuat penontin lebih mudah memahami berita tekevisi.

Contoh 1:

PRESIDEN TIDAK PEDULI DENGAN TUNTUTAN MAHASISWA/// (Kalimat negatif)

PRESIDEN MENGAMBAIKAN TUNTUTAN MAHASISWA (Bahasa jurnalistik televisi, karena menggunakan kalimat aktif)

Contoh 2:

LEDAKAN BOM TERJADI DI DEPAN KEDUTAAN BESAR AUSTRALIA DI JAKARTA/// (Kalimat pasif, menyembunyikan kata kerja yang kuat di balik kata benda)

BOM MELEDAK DI DEPAN KEDUTAAN BESAR AUSTRALIA DI JAKARTA/// (Kalimat aktif, menampilkan kata kerja yang kuat: kata ’’meledak’’)

§ Jangan terlampau banyak menggunakan angka-angka

Televisi, seperti telah berungkali kali dikatakan di sini, bersifat sekilas. Jika kita terlampau banyak menggunakan angka-angka, apalagi angka yang terlampau detil, pemirsa sulit mengingat, apalagi memahaminya. Karena itu, berhati-hatilah dalam menggunakan angka-angka. Jangan menggunakan angka-angka yang terlalu detil. Penggunaan angka yang terlalu banyak dan detil juga membuat kalimat kita menjadi panjang. Padahal, seperti telah disebut di atas, kita sebaiknya menggunakan kalimat-kalimat pendek dalam berita televisi yang kita tulis.

Contoh:

SEBANYAK SERIBU SERATUS 5 PULUH LIMA MAHASISWA BERUNJUK RASA DI GEDUNG D-P-R/// (Buruk, angka-angka terlalu detil)

LEBIH DARI 100 MAHASISWA BERUNJUK RASA DI GEDUNG D-P-R/// (Baik, angka tidak detil atau dibulatkan)

Tatacara Penulisan Narasi Berita Televisi

Televisi memiliki tatacara sendiri dalam penulisan narasi berita televisi. Tatacara ini berkaitan erat dengan masalah teknis, yaitu bahwa presenter membacakan narasi dari prompter. Prompter adalah layar—seperti layar televisi—yang berisi narasi, yang biasanya berjarak satu meter dari presenter. Prompter biasanya melekat pada kamera yang mengarah secara close up kepada presenter. Tatacara penulisan tersebut antara lain:

§ Menggunakan huruf kapital

Seluruh narasi berita televisi harus ditulis dengan huruf besar. Karena narasi berita televisi yang berjarak satu meter dari presenter, narasi tersebut harus ditulis dengan huruf besar. Jika ditulis dengan huruf ’’normal’’, dikhawatirkan narasi tidak terbaca dengan benar oleh presenter.

§ Tanda baca titik (.) ditulis dengan dua garis miring (//), sedangkan koma (,) ditulis dengan satu garis miring (/)

Ini juga berkaitan dengan prompter. Jika titik atau koma ditulis sebagaimana adanya, dikhawatirkan presenter tidak bisa membacanya secara tepat.

§ Angka

Angka kadang membuat presenter kesulitan membacanya, apalagi jika angka-angka itu terlalu detil. Karena itu, ada tata cara penulisan angka dalam narasi berita televisi:

0-11 ditulis dengan huruf

12-999 ditulis dengan angka

Di atas 999 ditulis dengan gabungan antara angka dan huruf

Contoh: 500.750 ditulis 500 ribu 750

11.250 ditulis 11 ribu 250

498.270 ditulis sekitar 500 ribu, kira-kira 500 ribu,

Atau hampir 500 ribu

§ Singkatan

Singkatan dalam berita televisi biasanya ditandai dengan tanda hubung di antara huruf-huruf dalam singkatan tersebut.

Contoh: M-P-R, D-P-R-D, M-A

Namun, gelar akademik sebaiknya tidak disingkat. Gelar akademik sebaiknya ditulis lengkap.

Contoh: PROFESOR DOKTOR AMIEN RAIS, bukan PROF DR AMIEN RAIS

Begitu juga mata uang, sebaiknya jangan disingkat.

Contoh: 50 RIBU RUPIAH, bukan RP 50 RIBU

§ Di bagian akhir berita biasanya kita tuliskan kata ’’END’’ yang menandakan bahwa berita berakhir. []


Bab IV

Struktur dan Format Berita Televisi

Unsur-unsur Berita Televisi

Dalam jurnalistik media cetak, kita mengenal unsur-unsur berita sebagai 5 W (what, who, when, why, where) + 1H (how). Narasi atau narasi berita di media cetak harus mengandung keeenam unsure berita tersebut.

Namun, dalam dunia jurnalistik televisi 5W + 1 H tidak harus seluruhnya terkandung dalam narasi atau narasi berita. Unsur berita yang tidak selalu terdapat dalam narasi atau narasi berita televisi adalah when dan how.

When atau ‘’kapan’’ tidak harus ada dalam narasi berita televisi, karena idealnya peristiwa yang terjadi hari itu akan ditayangkan hari itu juga. Bahkan, dalam laporan live, berita dilaporkan langsung dari lokasi kejadian pada saat itu juga. When biasanya terkandung dalam narasi atau narasi berita televisi, jika menyangkut kejadian besar, seperti ledakan bom, gempa bumi, tsunami, atau kecelakaan besar. Dalam kejadian-kejadian besar seperti itu, orang biasanya akan bertanya, ‘’Kapan terjadinya?’’

How atau ‘’bagaimana’’ suatu peristiwa terjadi tidak harus ada dalam narasi berita televisi, karena how ditampilkan dalam gambar. Kalau ada how dalam narasi, how itu sifatnya mendukung gambar.

Struktur Berita Televisi

Struktur berita televisi biasanya terdiri dari lead atau intro atau teras berita serta tubuh berita atau body. Lead merupakan inti berita yang menjadi daya tarik berita. Lead biasanya terdiri dari 20-30 kata. Lead mengandung unsur what, who, where, dan when. Unsur when terkandung dalam lead, jika berkait dengan berita besar.

Agar berita memiliki daya tarik, sebaiknya lead mengandung unsur manusiawi atau human interest atau human angle. Yang dimaksud unsur manusiawi antara lain adalah dampak suatu peristiwa terhadap manusia. Jika kita menulis berita kebakaran, lead-nya berkisah tentang dampak kebakaran itu terhadap manusia, misalnya berapa banyak yang tewas, luka-luka, atau berapa banyak warga yang kehilangan tempat tinggal.

Tubuh berita atau body berita merupakan uraian lebih terperinci dari lead. Tubuh berita biasanya mengandung unsur why dan how. Unsur how dicantumkan dalam tubuh berita sebatas untuk mendukung atau memperjelas gambar.

Struktur berita televisi, sebagaimana struktur berita media cetak, juga berbentuk piramida terbalik. Piramida terbalik menggambarkan bahwa informasi paling penting ditempatkan di atas, makin ke bawah informasi makin tidak penting.

Contoh:

Lead:

LEBIH DARI SERIBU KEPALA KELUARGA DI SAWANGAN/ DEPOK/ JAWA BARAT/ KEHILANGAN TEMPAT TINGGAL/ SETELAH PERMUKIMAN MEREKA TERBAKAR/ DINI HARI TADI///

Tubuh berita:

KEBAKARAN DIDUGA AKIBAT HUBUNGAN SINGKAT ARUS LISTRIK DI RUMAH SEORANG WARGA// API KEMUDIAN MENJALAR KE RUMAH-RUMAH WARGA LAINNYA/ HINGGA MENGHANGUSKAN LEBIH DARI SERIBU RUMAH///

WARGA SEBENARNYA SUDAH BERUSAHA MEMADAMKAN API DENGAN PERLENGKAPAN SEADANYA// NAMUN/ KARENA BESARNYA API/ WARGA TAK MAMPU MEMADAMKANNYA///

12 UNIT MOBIL PEMADAM KEBAKARAN BARU DAPAT MEMADAMKAN API SEKITAR 5 JAM KEMUDIAN// TIDAK ADA KORBAN JIWA DALAM PERISTIWA INI// PETUGAS MEMPERJIRAKAN KERUGIAN MENCAPAI 1 MILIAR RUPIAH//

(END)

Format Berita Televisi

Televisi memiliki sejumlah format berita. Format berita ini adalah reader (RDR), reader-grafic (RDR-Graf), reader-sound on tape (RDR-SOT), voice over (VO), voice over-sound on tape, (VO-SOT), paket atau package (PKG), live on tape (LOT), serta live atau laporan langsung. Sebagai tambahan, akan disinggung format berita yang di sini disebut ‘’VO tanpa narasi’’

§ Reader (RDR)

RDR adalah jenis berita yang seluruh narasi atau story-nya dibacakan oleh presenter. Format berita ini seolah hanya terdiri dari lead. Tidak ada gambar peristiwa atau wawancara dalam format berita ini. Berita RDR ditampilkan jika suatu peristiwa dianggap teramat penting dan harus disampaikan segera kepada pemirsa, meski belum/tidak ada gambar peristiwanya.

Sebagai contoh, terjadi bencana tsunami di Aceh pada 26 Desember 2004 pagi. Berdasarkan informasi awal yang diperolehnya dari sejumlah narasumber yang dapat dihubungi, bencana tsunami itu sangat dahsyat sehingga harus segera dilaporkan. Tetapi, stasiun televisi tersebut belum memiliki gambarnya. Stasiun televisi ini bisa membuat berita tsunami itu dengan format RDR.

Format narasinya seperti ini:

(LEAD RDR)

GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DILAPORKAN MELANDA PROVINSI NAGGROE ACEH DARUSSALAM/ PUKUL DELAPAN WAKTU INDONESIA BARAT/// BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA ATAU B-M-G MELAPORKAN// KEKUATAN GEMPA MENCAPAI 6 KOMA 8 PADA SKALA RICHTER// BMG JUGA MELAPORKAN GEMPA KEMUDIAN DIIKUTI GELOMBANG PASANG AIR LAUT ATAU TSUNAMI// BELUM DIPEROLEH INFORMASI DAMPAK GEMPA DAN TSUNAMI TERSEBUT///

(END)

§ Reader-Graf (RDR-GRAF)

RDR-GRAF adalah berita RDR yang dilengkapi dengan grafis.

Grafis berfungsi menggantikan gambar yang belum/tidak diperoleh. Grafis bisa berupa gambar lokasi peristiwa, daftar nama korban, atau yang berkaitan dengan angka. Sebagaimana berita RDR, seluruh narasi berita RDR-GRAF dibaca oleh presenter. Bedanya, jika dalam berita RDR seluruh gambar yang tampak di layar adalah wajah presenter, dalam berita RDR-GRAF, gambar yang tampak di layar adalah kombinasi antara wajah presenter dan grafis. Berita dengan format seperti ini kita pilih untuk memberi variasi kepada pemirsa agar gambar di layar tidak melulup wajah presenter, tetapi dilengkapi grafis.

Format narasinya seperti ini:

(LEAD RDR-GRAF)

GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DILAPORKAN MELANDA PROVINSI NAGGROE ACEH DARUSSALAM/ PUKUL DELAPAN WAKTU INDONESIA BARAT///

(ROLL GRAF)

BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA ATAU B-M-G MELAPORKAN// KEKUATAN GEMPA MENCAPAI 6 KOMA 8 PADA SKALA RICHTER// BMG JUGA MELAPORKAN GEMPA KEMUDIAN DIIKUTI GELOMBANG PASANG AIR LAUT ATAU TSUNAMI// BELUM DIPEROLEH INFORMASI DAMPAK GEMPA DAN TSUNAMI TERSEBUT///

(END)

Ketika presenter membaca ‘’BADAN MTEOROLOGI...’’ gambar grafis tertayang di layar. Grafis itu bisa berupa peta Aceh, angka kekuatan gempa, dll.

§ Reader-Sound on Tape (RDR-SOT)

RDR-SOT adakah berita yang lead-nya dibaca oleh presenter, yang kemudian dilengkapi dengan pernyataan narasumber. Berita jenis ini ditampilkan jika pernyataan seseorang sangat kuat, atau ketika suatu peristiwa penting kita peroleh informasinya lewat pernyataan seseorang/pejabat. Berita jenis ini seringkali juga ditayangkan sebagai pelengkap atau sebagai rangkaian dari berita-berita sebelumnya.

Berdasarkan standar internasional, berita yang berakhir dengan SOT harus ditutup dengan tag. Tag adalah tambahan berita yang melengkapi pernyataan atau SOT narasumber. Tag dibaca oleh presenter ketika narasumber selesai menyampaikan pernyataannya.

Tag memiliki makna filosofis. Ketika layar berisi narasumber yang melontarkan suatu pernyataan, secara filosofis, stasiun televisi kita berada di bawah kontrol sang narasumber. Tag yang dibacakan oleh presenter akan mengembalikan kontrol televisi kita kepada presenter kita.

Narasinya kira-kira seperti berikut:

(LEAD RDR-SOT)

GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DILAPORKAN MELANDA PROVINSI NAGGROE ACEH DARUSSALAM/ PUKUL DELAPAN WAKTU INDONESIA BARAT/// MENURUT KEPALA BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA/ SUNARYO/ KEKUATAN GEMPA MENCAPAI 6 KOMA 8 PADA SKALA RICHTER/// MENURUT SUNARYO/ GEMPA DIIKUTI GELOMBANG TSUNAMI//

(ROLL SOT: SUNARYO/ KEPALA BMG)

-----------------------------------------TAG-----------------------------------------------------

NAMUN/ HINGGA KINI BELUM DIPEROLEH INFORMASI TENTANG DAMPAK GEMPA DAN TSUNAMI TERSEBUT///

(END)

Ketika presenter selesai membaca lead, gambar kepala BMG Sunaryo muncul dengan pernyataannya tentang kekuatan gempa yang diikuti oleh tsunami. Ketika kepala BMG selesai menyampaikan pernyataannya, presenter muncul kembali membacakan narasi tag.

§ Voice Over (VO)

Voice over atau VO adalah berita yang seluruh narasi atau narasinya dibaca

oleh presenter. Dengan perkataan lain, presenter membacakan lead sekaligus tubuh berita. Berita VO kita tulis jika kita mendapatkan gambar suatu peristiwa atau suasana. Informasi yang kita peroleh juga relatif lebih banyak. Dalam kasus gempa dan tsunami di Aceh, misalnya, kita sudah mendapat perkiraan tentang jumlah korban.

Narasi VO seperti ini:

(LEAD VO)

RATUSAN ORANG TEWAS AKIBAT GEMPA BUMI DAN TSUNAMI YANG MELANDA PROVINSI NAGGROE ACEH DARUSSALAM/ TADI PAGI///

(ROLL VO)

GEMPA BUMI MENGHANCURKAN BANYAK RUMAH// GELOMBANG TSUNAMI YANG DATANG BEBERAPA MENIT SETELAH GEMPA/ MEMPERPARAH KONDISI INI// APARAT MEMPERKIRAKAN RATUSAN ORANG TEWAS DALAM KEJADIAN INI// APARAT DAN WARGA YANG SELAMAT BERUPAYA MENGEVAKUASI KORBAN TEWAS// BANTUAN LOGISTIK BELUM BISA DIKIRIM/ KARENA BANYAK INFRASTRUKTUR YANG RUSAK//

(END)

Ketika lead dibaca oleh presenter yang muncul di layar kaca gambar presenter, dan ketika tubuh berita dibaca oleh presenter, yang tampak di layar televisi adalah gambar suasana pasca gempa dan tsunami.

§ Voice Over-Sound on Tape (VO-SOT)

Berita dengan format VO-SOT adalah gabungan antara VO dan SOT. Dengan

perkataan lain, dari sisi gambar, VO-SOT adalah gabungan antara gambar suasana atau peristiwa dan gambar narasumber yang diwawancarai. SOT atau pernuataan narasumber berfungsi memperkuat VO atau peristiwa. Sesuai dengan standar internasional, berita televisi yang berakhir dengan SOT, sebaiknya ditambah dengan tag (Lihat kembali materi tentang RDR-SOT).

Narasinya seperti berikut:

(LEAD VO/SOT)

RATUSAN ORANG TEWAS AKIBAT GEMPA BUMI DAN TSUNAMI YANG MELANDA PROVINSI NAGGROE ACEH DARUSSALAM/ TADI PAGI///

(ROLL VO)

GEMPA BUMI MENGHANCURKAN BANYAK RUMAH// GELOMBANG TSUNAMI YANG DATANG BEBERAPA MENIT SETELAH GEMPA/ MEMPERPARAH KONDISI INI// APARAT MEMPERKIRAKAN RATUSAN ORANG TEWAS DALAM KEJADIAN INI// APARAT DAN WARGA YANG SELAMAT BERUPAYA MENGEVAKUASI KORBAN TEWAS// BANTUAN LOGISTIK BELUM BISA DIKIRIM/ KARENA BANYAK INFRASTRUKTUR YANG RUSAK//

MENURUT SAKSI MATA/ HANYA BEBERAPA MENIT SETELAH GEMPA/ GELOMBANG TSUNAMI MENERJANG DARATAN//

(SOT: HAMBALI/SAKSI MATA)

--------------------------------------------------TAG-----------------------------------------

WARGA YANG SELAMAT KINI MENGUNGSI KE TEMPAT-TEMPAT AMAN/ SEPERTI MASJID DAN SEKOLAH//

(END)

§ Paket atau Package (PKG)

Berita dengan format paket atau package (PKG) adalah berita yang lead-nya

dibacakan oleh presenter, dan bodi berita dibacakan oleh dubber. Berita PKG kadang dilengka;pi dengan wawancara dengan satu atau lebih narasumber. Di akhir berita biasanya dicantumkan nama reporter dan juru kamera plus nama televisi.

Narasi, struktur dan format berita PKG seperti berikut:

(LEAD PKG)

RATUSAN ORANG TEWAS AKIBAT GEMPA BUMI DAN TSUNAMI YANG MELANDA PROVINSI NAGGROE ACEH DARUSSALAM/ TADI PAGI///

(ROLL PKG)

GEMPA BUMI MENGHANCURKAN BANYAK RUMAH// GELOMBANG TSUNAMI YANG DATANG BEBERAPA MENIT SETELAH GEMPA/ MEMPERPARAH KONDISI INI// APARAT MEMPERKIRAKAN RATUSAN ORANG TEWAS DALAM KEJADIAN INI// APARAT DAN WARGA YANG SELAMAT BERUPAYA MENGEVAKUASI KORBAN TEWAS// BANTUAN LOGISTIK BELUM BISA DIKIRIM/ KARENA BANYAK INFRASTRUKTUR YANG RUSAK//

MENURUT SAKSI MATA/ HANYA BEBERAPA MENIT SETELAH GEMPA/ GELOMBANG TSUNAMI MENERJANG DARATAN//

(SOT: HAMBALI/SAKSI MATA)

WARGA YANG SELAMAT/ KINI MENGUNGSI KE TEMPAT-TEMPAT AMAN/ SEPERTI MASJID DAN SEKOLAH//

USMAN KS/BUDIYANTO/METRO TV///

(END)

§ Live on Tape (LOT)

Live on tape atau LOT sesungguhnya merupakan berita dengan format paket

atau package (PKG). Namun, dalam berita berfomat LOT reporter muncul dalam paket berita, untuk membuktikan bahwa sang reporter berada di tempat kejadian. Kemunculan reporter bisa di awal, di tengah atau di akhir paket atau tubuh berita. Ketika muncul di awal, reporter membuka paket berita. Tatkala hadir di tengah, reporter menjembatani informasi awal dan informasi akhir dalam paket berita. Sewaktu muncul di akhir, reporter merangkum paket berita atau menyampaikan informasi tambahan. Lead tetap dibacakan oleh presenter di studio.

Formatnya seperti berikut:

(LEAD LOT)

RATUSAN ORANG TEWAS AKIBAT GEMPA BUMI DAN TSUNAMI YANG MELANDA PROVINSI NAGGROE ACEH DARUSSALAM/ TADI PAGI///

(ROLL PKG)

GEMPA BUMI MENGHANCURKAN BANYAK RUMAH// GELOMBANG TSUNAMI YANG DATANG BEBERAPA MENIT SETELAH GEMPA/ MEMPERPARAH KONDISI INI// APARAT MEMPERKIRAKAN RATUSAN ORANG TEWAS DALAM KEJADIAN INI// APARAT DAN WARGA YANG SELAMAT BERUPAYA MENGEVAKUASI KORBAN TEWAS// BANTUAN LOGISTIK BELUM BISA DIKIRIM/ KARENA BANYAK INFRASTRUKTUR YANG RUSAK//

MENURUT SAKSI MATA/ HANYA BEBERAPA MENIT SETELAH GEMPA/ GELOMBANG TSUNAMI MENERJANG DARATAN//

(SOT: HAMBALI/SAKSI MATA)

WARGA YANG SELAMAT/ KINI MENGUNGSI KE TEMPAT-TEMPAT AMAN/ SEPERTI MASJID DAN SEKOLAH//

(ON CAM: USMAN KS/REPORTER)

(END)

§ Live (Laporan Langsung)

Dalam live atau laporan langsung, sebagaimana dalam format-format berita

lainnya, lead dibaca oleh presenter. Presenter kemudian melempar tugas menyampaikan informasi kepada reporter di lapangan. Sebaiknya, ketika melemparkan tgas menyampaikan informasi kepada reporter, presenter mengajukan pertanyaan kepada sang reporter. Ini untuk menimbulkan kesan terjadi dialog antara presenter di studio dan reporter di lapangan. Reporter kemudian menyampaikan tubuh berita, biasanya dalam format VO.

Format live sebagai berikut:

(LEAD LIVE)

RATUSAN ORANG TEWAS AKIBAT GEMPA BUMI DAN TSUNAMI YANG MELANDA PROVINSI NAGGROE ACEH DARUSSALAM/ TADI PAGI// INFORMASI SELENGKAPNYA DISAMPAIKAN OLEH REPORTER USMAN K-S/ LANGSUNG DARI BANDA ACEH/// USMAN/ BISA ANDA LAPORKAN KONDISI TERKINI DI BANDA ACEH///

(ROLL REPORTER MELAPORKAN DARI LAPANGAN)

(END)

Ketika presenter bertanya kepada reporter di televisi biasanya terdapat dua layar (split windows). Ketika reporter mulai menyampaikan informasi, di televisi hanya ada satu layar yang memunculkan gambar reporter. Setelah beberapa detik reporter menyampaikan informasi, gambar yang tampak di televisi adalah gambar kondisi atau suasana pasca gempa dan tsunami.

§ VO tanpa Narasi

Karena kekuatan berita televisi ada pada gambar, makin sedikit narasi, makin baik berita tersebut. Bahkan, bila gambarnya sangat kuat, tidak ada salahnya jika kita menurunkan berita televisi dengan format ’’VO tanpa narasi.’’ Narasi berita televisi ini hanya berupa lead yang dibaca oleh presenter. Selebihnya, berita hanya berisi gambar yang sangat kuat, yang ditingkahi dengan natural sound (suara alami) atau atmosphere. Tentu saja gambar sudah melalui proses editing.

Format berita ’’VO tanpa narasi’’ kira-kira seperti berikut:

(LEAD IN)

SEJUMLAH PENGUNJUK RASA LUKA-LUKA DALAM BENTROKAN ANTARA MASSA FRONT PEMBELA ISLAM DAN POLISI DI DEPAN KONSUL JENDERAL AMERIKA DI SURABAYA// BENTROKAN TERJADI KETIKA MASSA F-P-I YANG MEMPROTES KARTUN NABI MUHAMMAD MENCOBA MENYERANG KONJEN AMERIKA DI SURABAYA///

(ROLL VO)

(Pada titik ini, gambar muncul tanpa narasi)

Bab V

Write to Pictures

Gambar versus Narasi dalam Berita Televisi

Berita televisi senantiasa mengandung dua unsur: gambar dan narasi. Namun, kekuatan berita televisi terletak pada gambar. Narasi bersifat mendukung atau menjelaskan gambar. Jangan menuliskan narasi secara persis sama dengan gambar. Jangan menuliskan narasi yang tidak ada gambarnya. Jika harus menuliskan narasi yang tak ada gambarnya, tulislah narasi itu pada lead.

Meski kekuatan berita televisi ada pada gambar, kita tidak boleh mengabaikan narasi. Banyak gambar yang membutuhkan narasi untuk menjelaskannya. Karena itu, jangan anggap enteng menulis narasi. Confusius berkata,’’ Easy Writing, hard listening. Hard writing easy listening.’’ Jika kita menulis narasi berita televisi secara asal-asalan, pemirsa akan sulit mendengar atau mencernanya. Sebaliknya, jika kita sungguh-sungguh ketika menulis narasi, pemirsa akan lebih mudah mendengar, mencerna atau memahaminya.

Dengan begitu, berita televisi merupakan perpaduan antara gambar dan narasi. Namun, dalam memadukan keduanya, narasi harus mengikuti atau berdasarkan pada narasi. Inilah yang disebut ’’write to pictures.’’

Beberapa Contoh

Contoh-contoh berikut ini akan dapat membantu memahami prinsip write to pictures:

Contoh 1

Peristiwa:

Dua bus bertabrakan di Probolinggo, Jawa Timur. Sepuluh orang tewas. Sekitar 50 orang luka-luka.

Gambar:

Kita memperoleh gambar di lokasi kejadian saat proses evakuasi para korban berlangsung.

Narasi:

(LEAD VO)

10 PENUMPANG TEWAS DAN 50 LAINNYA LUKA-LUKA AKIBAT TABRAKAN DUA BUS DI PROBOLINGGO/ JAWA TIMUR//

(ROLL VO)

EVAKUASI KORBAN TEWAS MAUPUN MENGALAMI KESULITAN/ KARENA BANYA DI ANTARA MEREKA YANG TERJEPIT DI DALAM BUS/// PETUGAS HARUS MENGGUNAKAN ALAT BERAT UNTUK MENGELUARKAN PARA KORBAN//

......

Contoh 2:

Peristiwa:

Dua bus bertabrakan di Probolinggo, Jawa Timur. Sepuluh orang tewas. Sekitar 50 orang luka-luka.

Gambar:

Kita hanya mendapat gambar bus di lokasi kejadian, sedangkan para korban sudah dievakuasi ke rumah sakit. Kita mendapat gambar keluarga korban histeris menangisi korban.

Narasi:

(LEAD VO)

10 PENUMPANG TEWAS DAN 50 LAINNYA LUKA-LUKA AKIBAT TABRAKAN DUA BUS DI PROBOLINGGO/ JAWA TIMUR///

(ROLL VO)

KORBAN TEWAS MAUPUN LUKA-LUKA SUDAH DIEVAKUASI KE RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PROBOLINGGO/// (Gambar korban di rumah sakit)

BUS YANG DITUMPANGI PARA KORBAN BERTABRAKAN DI JALAN RAYA DI DESA SITUBONDO/ KABUPATEN ROBOLINGGO/ JAWA TIMUR//

(Gambar kedua bus di lokasi kejadian)

Atau

(LEAD VO)

10 PENUMPANG TEWAS DAN 50 LAINNYA LUKA-LUKA AKIBAT TABRAKAN DUA BUS DI PROBOLINGGO/ JAWA TIMUR//

(ROLL PKG)

(natural sound keluarga korban menangis)

MEREKA ADALAH KELUARGA YANG MENANGISI KORBAN TEWAS MAUPUN LUKA-LUKA AKIBAT KECELAKAAN DUA BUS DI PROBOLINGGO/ JAWA TIMUR/// PARA KORBAN DIAVAKUASI KE RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PROBOLINGGO// (gambar suasana di rumah sakit)

TABRAKAN KEDUA BUS INI TERJADI DI DESA SITUBONDO/ KABUPATEN PROBOLINGGO/ JAWA TIMUR// MENURUT POLISI/ KECELAKAAN TERJADI AKIBAT SOPIR SALAH SATU BUS MENGANTUK//

(gambar bus ringsek di lokasi kejadian)

Teknik ‘’Write to Pictures’’

Teknik ‘’tabel visual-narasi’’ biasanya digunakan untuk membantu menerapkan prinsip ‘’write to pictures.’’ Berikut adalah contoh-contoh berbagai format berita televise yang ditulis dengan teknik ‘’write to pictures.’’

READER (RDR)

Gempa dan tsunami melanda Pangandaran, Ciamis Jawa, Barat. Informasi awal yang kita terima menyebutkan 50 orang tewas, puluhan hilang, dan ratusan lainnya luka-luka.

Sayang, kita belum memiliki gambarnya. Tetapi, karena menyangkut nyawa manusia, kita merasa berita ini perlu segera diinformasikan kepada pemirsa. Karena harus ditayangkan segera, kita tak punya waktu membikin grafis. Dalam kondisi seperti ini,

kita bisa membuat berita dalam format Reader (RDR) .

VISUAL

NARASI

PRESENTER

SETIDAKNYA 50 ORANG TEWAS/ LEBIH DARI 100 ORANG HILANG/ DAN HAMPIR SERIBU ORANG LUKA-LUKA AKIBAT GEMPA DAN TSUNAMI YANG MENERJANG PANTAI PANGANDARAN/

KABUPATEN CIAMIS/ JAWA BARAT/ SEKITAR PUKUL 15.30//

GEMPA DAN TSUNAMI JUGA MERUSAK LEBIH DARI SERIBU BANGUNAN// PETUGAS SAAT INI TENGAH MENGEVAKUASI PARA KORBAN///

(END)

READER-GRAFIS (RDR-GRAF)

Tetapi, jika kita memiliki waktu membuat grafis, dengan bekal informasi awal seperti di atas, kita sebaiknya membuat berita dalam format Reader-Grafis (RDR-GRAF).

VISUAL

NARASI

PRESENTER

(ROLL GRAF)

GRAFIS LOKASI GEMPA (PANTAI PANGANDARAN, CIAMIS, DALAM PETA JAWA BARAT) DILENGKAPI WAKTU KEJADIAN, JUMLAH KORBAN TEWAS, LUKA,MAUPUN HILANG.

LEAD IN:

SETIDAKNYA 50 ORANG TEWAS/ LEBIH DARI 100 ORANG HILANG/ DAN HAMPIR SERIBU ORANG LUKA-LUKA AKIBAT GEMPA DAN TSUNAMI YANG MENERJANG PANTAI PANGANDARAN/

KABUPATEN CIAMIS/ JAWA BARAT/ SEKITAR PUKUL 15.30//

(ROLL GRAF)

MENURUT PETUGAS/ KORBAN TEWAS MAUPUN LUKA AKIBAT TERTIMPA BANGUNAN ATAU TENGGELAM// PETUGAS MENDUGA KORBAN HILANG KEBANYAKAN AKIBAT TERBAWA ARUS GELOMBANG TSUNAMI/// PETUGAS TERUS BERUPAYA MENGEVAKUASI KORBAN TEWAS MAUPUN LUKA///// PETUGAS JUGA BERUPAYA MENCARI KORBAN HILANG//

(END)

Voice Over (VO)

Beberapa jam kemudian, kita mendapat gambar dampak peristiwa gempa dan tsunami. Kita memperoleh gambar korban tewas dan korban luka-luka di rumah sakit. Kita juga memperoleh gambar kerusakan bangunan akibat gempa dan terjangan tsunami. Di sejumlah bangunan runtuh, petugas terlihat mengais rerntuhan untuk mencari korban. Juru kamera kita juga tak lupa mengambil gambar bibir pantai. Dengan bekal gambar seperti ini, kita bisa membuat berita dalam format Voice over (VO)

VISUAL

NARASI

PRESENTER

(ROLL VO)

GAMBAR KORBAN TEWAS

GAMBAR KORBAN LUKA

GAMBAR BANGUNAN RUNTUH

GAMBAR SUASANA PANTAI

LEAD IN:

SETIDAKNYA 50 ORANG TEWAS/ LEBIH DARI 100 ORANG HILANG/ DAN HAMPIR SERIBU ORANG LUKA-LUKA AKIBAT GEMPA DAN TSUNAMI YANG MENERJANG PANTAI PANGANDARAN/

KABUPATEN CIAMIS/ JAWA BARAT/ SEKITAR PUKUL 15.30//

(ROLL VO)

SEBAGIAN KORBAN TEWAS DIEVAKUASI KE RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAMIS// MENURUT PETUGAS/ KORBAN TEWAS AKIBAT TERTIMPA RERENTUHAN BANGUNAN ATAU TENGGELAM///

BANYAK KORBAN LUKA YANG JUGA DIEVAKUASI DAN MENDAPAT PERAWATAN DI R-S-U-D CIAMIS/// MENURUT PETUGAS RUMAH SAKIT/ KORBAN SEBAGIAN BESAR MENDERITA PATAH KAKI ATAU TANGAN AKIBAT TERTIMPA RERUNTUHAN BANGUNAN///

PETUGAS MEMPERKIRAKAN LEBIH DARI SERIBU BANGUNAN RUSAK/// PETUGAS SENDIRI MASIH BERUPAYA MENCARI PARA KORBAN YANG MUNGKIN TERTIMBUN ATAU TERPERANGKAP DALAM RERENTUHAN BANGUNAN///

SELAIN KORBAN TEWAS DAN LUKA-LUKA/ PETUGAS MENERIMA LAPORAN BANYAKNYA KORBAN HILANG/// PETUGAS MENDUGA/ KORBAN HILANG AKIBAT TERSERET GELOMBANG TSUNAMI///

(END)

Voice Over-Sound on Tape (VO-SOT)

Dalam peristiwa yang sama, reporter menyempatkan diri mewawancarai salah satu korban luka. Kita bisa membuat berita dengan format Voice Over-Sound on Tape (VO-SOT).

VISUAL

NARASI

PRESENTER

(ROLL VO)

GAMBAR KORBAN TEWAS

GAMBAR KORBAN LUKA

GAMBAR BANGUNAN RUNTUH

GAMBAR SUASANA PANTAI

(ROLL SOT: SODIKIN NURSA/KORBAN)

WAWANCARA KORBAN

PRESENTER

LEAD IN:

SETIDAKNYA 50 ORANG TEWAS/ LEBIH DARI 100 ORANG HILANG/ DAN HAMPIR SERIBU ORANG LUKA-LUKA AKIBAT GEMPA DAN TSUNAMI YANG MENERJANG PANTAI PANGANDARAN/

KABUPATEN CIAMIS/ JAWA BARAT/ SEKITAR PUKUL 15.30//

(ROLL VO)

SEBAGIAN KORBAN TEWAS DIEVAKUASI KE RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAMIS// MENURUT PETUGAS/ KORBAN TEWAS AKIBAT TERTIMPA RERENTUHAN BANGUNAN ATAU TENGGELAM///

BANYAK KORBAN LUKA YANG JUGA DIEVAKUASI DAN MENDAPAT PERAWATAN DI R-S-U-D CIAMIS/// MENURUT PETUGAS RUMAH SAKIT/ KORBAN SEBAGIAN BESAR MENDERITA PATAH KAKI ATAU TANGAN AKIBAT TERTIMPA RERUNTUHAN BANGUNAN///

PETUGAS MEMPERKIRAKAN LEBIH DARI SERIBU BANGUNAN RUSAK/// PETUGAS SENDIRI MASIH BERUPAYA MENCARI PARA KORBAN YANG MUNGKIN TERTIMBUN ATAU TERPERANGKAP DALAM RERENTUHAN BANGUNAN///

SELAIN KORBAN TEWAS DAN LUKA-LUKA/ PETUGAS MENERIMA LAPORAN BANYAKNYA KORBAN HILANG/// PETUGAS MENDUGA/ KORBAN HILANG AKIBAT TERSERET GELOMBANG TSUNAMI///

(ROLL SOT: SODIKIN NURSA/KORBAN)

’’Waktu gempa, saya sedang di pantai. Tak berapa lama setelah gempa, ada gelombang besar. Saya berlari dan berlindung di dekat sebuah bangunan dan tiba-tiba ada bagian bangunan yang runtuh menimpa saya’’

-------------------------TAG-------------------

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CIAMIS MENYATAKAN/ AKAN MEMBEBASKAN BIAYA PERAWATAN PARA KORBAN//

(END)

RDR-SOT

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membuat pernyataan pers tentang gempa dan tsunami Pangandaran, usai membuka Pekan Raya Jakarta. Pernyataan seorang presiden tentang peristiwa aktual tentu sangat kuat. Kita bisa bikin berita dalam format reader-sound on tape (RDR-SOT).

VISUAL

NARASI

PRESENTER

(ROLL SOT)

PRESIDEN SBY

PRESIDEN

LEAD IN:

PRESIDEN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO MENYATAKAN/ GEMPA DAN TSUNAMI PANGANDARAN SEBAGAI BENCANA NASIONAL//

(ROLL SOT: SUSILO BAMBANG YUDHOYONO/ PRESIDEN RI)

‘’Saya menyatakan bencana gempa dan tsunami di Pangandaran sebagai bencana nasional. Sore ini juga saya akan berangkat ke lokasi kejadian. Pemerintah sudah menganggarkan dana untuk membantu para korban dan merehabilitasi kerusakan akibat gempa dan tsunami...’’

---------------------TAG------------------

DALAM KESEMPATAN USAI MEMBUKA PEKAN RAYA JAKARTA ITU/ PRESIDEN JUGA MENYAMPAIKAN BAHWA DIRINYA TELAH MEMERINTAHKAN PEMERINTAH DAERAH SETEMPAT UNTUK MEMPRIORITASKAN PENANGANAN KORBAN LUKA///

(END)

Package (PKG)

Kita memperoleh gambar seperti dalam contoh 2 dan 3. Itu artinya kita mendapat gambar dan informasi yang lengkap. Kita bisa membuat berita dalam format package (PKG).

VISUAL

NARASI

PRESENTER

(ROLL PKG)

GAMBAR LONGSHOT DAMPAK GEMPA DAN TSUNAMI

KORBAN TEWAS DAN LUKA-LUKA DI RUMAH SAKIT

GAMBAR PROFIL KORBAN

WAWANCARA KORBAN

GAMBAR SUASANA PANTAI PANGANDARAN DAN RERENTUHAN BANGUNAN

GAMBAR PETUGAS MENGAIS PUING BANGUNAN UNTUK MENCARI KORBAN

LEAD IN:

SETIDAKNYA 50 ORANG TEWAS/ LEBIH DARI 100 ORANG HILANG/ DAN HAMPIR SERIBU ORANG LUKA-LUKA AKIBAT GEMPA DAN TSUNAMI YANG MENERJANG PANTAI PANGANDARAN/

KABUPATEN CIAMIS/ JAWA BARAT/ SEKITAR PUKUL 15.30//

(ROLL PKG)

GEMPA DAN TSUNAMI MELULUHLANTAKKAN PANTAI PANGANDARAN/ CIAMIS/ JAWA BARAT///

BENCANA INI MENEWASKAN SETIDAKNYA 50 ORANG/ DAN MELUKAI LEBIH DARI 100 ORANG LAINNYA/// SEBAGIAN KORBAN DIEVAKUASI KE RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAMIS// MENURUT PETUGAS/ KORBAN TEWAS AKIBAT TERTIMPA RERENTUHAN ATAU TENGGELAM/// KORBAN LUKA UMUMNYA MENDERITA MENDERITA PATAH KAKI ATAU TANGAN AKIBAT TERTIMPA RERUNTUHAN BANGUNAN///

SEORANG KORBAN LUKA MENGAKU DIRINYA TERTIMPA RERENTUHAN KETIKA BERLINDUNG DI SEBUAH BANGUNAN/ SAAT MENGHINDARI GELOMBANG TSUNAMI//

(ROLL SOT: SODIKIN NURSA/KORBAN)

’’Waktu gempa, saya sedang di pantai. Tak berapa lama setelah gempa, ada gelombang besar. Saya berlari dan berlindung di dekat sebuah bangunan dan tiba-tiba ada bagian bangunan yang runtuh menimpa saya’’

PETUGAS MENERIMA LAPORAN BANYAKNYA KORBAN HILANG/// PETUGAS MENDUGA/ PARA KORBAN INI HANYUT TERBAWA GELOMBANG TSUNAMI ATAU MASIH TERJEBAK DI RERENTUHAN///

PETUGAS`SENDIRI MASIH BERUPAYA MENCARI PARA KORBAN YANG MUNGKIN TERTIMBUN ATAU TERPERANGKAP DALAM RERENTUHAN BANGUNAN///

DARI CIAMIS/ JAWA BARAT/ USMAN KS/ METRO TV

(END)

LIVE

Untuk menunjukkan reporter kita ada di lokasi kejadian dan agar kita bisa melaporkan perkembangan terakhir, dengan bekal gambar seperti dalam berita VO dan VO-SOT di atas , stasiun tv kita membuat laporan dalam format live atau langsung. Live dimungkinkan karena kita memiliki perangkat satelite news gathering (SNG)

VISUAL

NARASI

PRESENTER

REPORTER ON LOCATION

GAMBAR KORBAN TEWAS

GAMBAR KORBAN LUKA

GAMBAR BANGUNAN RUNTUH

GAMBAR SUASANA PANTAI

REPORTER ON LOCATION

LEAD IN:

SETIDAKNYA 50 ORANG TEWAS/ LEBIH DARI 100 ORANG HILANG/ DAN HAMPIR SERIBU ORANG LUKA-LUKA AKIBAT GEMPA DAN TSUNAMI YANG MENERJANG PANTAI PANGANDARAN/

KABUPATEN CIAMIS/ JAWA BARAT/ SEKITAR PUKUL 15.30// LAPORAN SELENGKAPNYA DISAMPAIKAN OLEH REPORTER LUCKY SAVITRI LANGSUNG DARI PANGANDARAN///

(ROLL: REPORTER)

’’BAIK FIFI/ BETUL SEKALI/ GEMPA DI PANGANDARAN CIAMIS/ JAWA BARAT MENEWASKAN SETIDAKNYA 50 ORANG/ DAN MELUKAI LEBIH DARI 100 ORANG’’//

(ROLL VO)

’’SEBAGIAN KORBAN TEWAS DIEVAKUASI KE RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAMIS// MENURUT PETUGAS/ KORBAN TEWAS AKIBAT TERTIMPA RERENTUHAN BANGUNAN ATAU TENGGELAM///

BANYAK KORBAN LUKA YANG JUGA DIEVAKUASI DAN MENDAPAT PERAWATAN DI R-S-U-D CIAMIS/// MENURUT PETUGAS RUMAH SAKIT/ KORBAN SEBAGIAN BESAR MENDERITA PATAH KAKI ATAU TANGAN AKIBAT TERTIMPA RERUNTUHAN BANGUNAN///

PETUGAS MEMPERKIRAKAN LEBIH DARI SERIBU BANGUNAN RUSAK/// PETUGAS SENDIRI MASIH BERUPAYA MENCARI PARA KORBAN YANG MUNGKIN TERTIMBUN ATAU TERPERANGKAP DALAM RERENTUHAN BANGUNAN///

SELAIN KORBAN TEWAS DAN LUKA-LUKA/ PETUGAS MENERIMA LAPORAN BANYAKNYA KORBAN HILANG/// PETUGAS MENDUGA/ KORBAN HILANG AKIBAT TERSERET GELOMBANG TSUNAMI’’///

(ROLL REPORTER)

DEMIKIAN LAPORAN TENTANG GEMPA PANGANDARA/ KINI KITA KEMBALI KE STUDIO DI JAKARTA// FIFI....///

(END)

LIVE ON TAPE (LOT)

Jika kita tak memiliki SNG, tetapi kita ingin memperlihatkan reporter kita ada di tempat kejadian, kita bisa membuat berita dalam format live on tape (LOT).

VISUAL

NARASI

PRESENTER

REPORTER ON LOCATION

GAMBAR KORBAN TEWAS

GAMBAR KORBAN LUKA

GAMBAR BANGUNAN RUNTUH

GAMBAR SUASANA PANTAI

LEAD IN:

SETIDAKNYA 50 ORANG TEWAS/ LEBIH DARI 100 ORANG HILANG/ DAN HAMPIR SERIBU ORANG LUKA-LUKA AKIBAT GEMPA DAN TSUNAMI YANG MENERJANG PANTAI PANGANDARAN/

KABUPATEN CIAMIS/ JAWA BARAT/ SEKITAR PUKUL 15.30// LAPORAN SELENGKAPNYA DISAMPAIKAN OLEH REPORTER LUCKY SAVITRI LANGSUNG DARI PANGANDARAN///

(ROLL PKG)

GEMPA DI PANGANDARAN CIAMIS/ JAWA BARAT MENEWASKAN SETIDAKNYA 50 ORANG/ DAN MELUKAI LEBIH DARI 100 ORANG’’//

SEBAGIAN KORBAN TEWAS DIEVAKUASI KE RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAMIS// MENURUT PETUGAS/ KORBAN TEWAS AKIBAT TERTIMPA RERENTUHAN BANGUNAN ATAU TENGGELAM///

BANYAK KORBAN LUKA YANG JUGA DIEVAKUASI DAN MENDAPAT PERAWATAN DI R-S-U-D CIAMIS/// MENURUT PETUGAS RUMAH SAKIT/ KORBAN SEBAGIAN BESAR MENDERITA PATAH KAKI ATAU TANGAN AKIBAT TERTIMPA RERUNTUHAN BANGUNAN///

PETUGAS MEMPERKIRAKAN LEBIH DARI SERIBU BANGUNAN RUSAK/// PETUGAS SENDIRI MASIH BERUPAYA MENCARI PARA KORBAN YANG MUNGKIN TERTIMBUN ATAU TERPERANGKAP DALAM RERENTUHAN BANGUNAN///

SELAIN KORBAN TEWAS DAN LUKA-LUKA/ PETUGAS MENERIMA LAPORAN BANYAKNYA KORBAN HILANG/// PETUGAS MENDUGA/ KORBAN HILANG AKIBAT TERSERET GELOMBANG TSUNAMI’’///

DARI PANGANDARAN/ CIAMIS/ JAWA BARAT/ LUCKY SAVITRI/ MUNFADLI/ METRO TV

(END)

Bab VI

Meliput Berita

Bab I hingga Bab V semestinya telah memberi Anda pemahaman tentang dasar-dasar jurnalistik televisi. Bab I hingga Bab V tersebut semestinya telah cukup memberi Anda bekal untuk menjadi reporter atau jurnalis televisi. Semua materi dari Bab I hingga Bab V kiranya cukup menjadi bekal bagi Anda untuk meliput berita.

Prinsip Meliput Berita

Berulangkali buku ini menyebutkan bahwa kekuatan berita televisi terletak pada gambar. Konsekwensinya, wajib hukumnya bagi reporter atau jurnalis televisi berada di lokasi kejadian. Kalau tak berada di lokasi kejadian, bagaimana mungkin Anda memperoleh gambar kejadian tersebut.

Sebagai reporter televisi, Anda biasanya berangkat ke lokasi liputan bersama juru kamera. Artinya, Anda bekerja dalam sebuah tim. Karena itu, kerjasama tim merupakan suatu keniscayaan. Sebelum berangkat ke lokasi kejadian atau ketika dalam perjalanan menuju lokasi kejadian, reporter dan juru kamera sebaiknya mendiskusikan apa yang lazim disebut story board. Story board berguna untuk mensinkronkan antara gambar dan narasinya kelak. Dengan story board, kita kelak dapat menerapkan prinsip ’’write to pictures.’’

Dari sisi teknologi, proses meliput berita untuk televisi relatif lebih rumit dibanding untuk media cetak atau radio. Karena itu, reporter perlu memiliki pengetahuan teknis dasar tentang perlengkapan liputan, seperti kamera, mike, tripod, dll.

Strategi Liputan: Gathering News versus Making News

Dalam tradisi jurnalistik, terdapat perdebatan tentang strategi peliputan, antara strategi gathering news dan strategi making news. Sejumlah pengamat, misalnya Maswadi Rauf dalam buku Komunikasi Politik di Indonesia, melontarkan kritik bahwa media di Indonesia lebih banyak melakukan gathering news ketimbang making news. Gathering news menyebabkan materi atau isi media di Indonesia cenderung seragam.

§ Gathering News

Secara harfiah, gathering news artinya mengumpulkan berita. Dengan begitu, makna gathering news adalah meliput peristiwa. Gathering news relatif tak membutuhkan perencanaan. Dalam istilah para wartawan, strategi gathering news sebetulnya cuma menunggu berita turun dari langit.

Karena kekuatan berita televisi ada pada gambar, stasiun televisi lebih banyak

meliput peristiwa. Akibatnya, stasiun televisi lebih mengandalkan strategi gathering news. Karena itu, departemen peliputan di stasiun televisi disebut news gatering departement. Karena stasiun televisi cenderung mengandalkan peristiwa sebagai materi peliputan, isi berita televisi cenderung seragam. Dengan begitu publik tidak mempunyai alternatif informasi untuk dikonsumsi.

§ Making News

Secara harfiah, making news berarti membuat berita. Making news

bermakna mengangkat persoalan atau fenomena di tengah-tengah masyarakat menjadi berita. Making news mensyaratkan perencanaan. Kadang making news membutuhkan investigasi. Making news bisa menjadi alternartif bagi gathering news terutama ketika peristiwa yang kuat atau menarik sedang sepi. Making news juga membuat berita suatu stasiun televisi relatif eksklusif, tidak sama dengan stasiun televisi lain. Pada akhirnya, publik disuguhi alternatif atau beragam informasi untuk dikonsumsi.

Jenis Liputan

Menurut Arifin S Harahap dalam buku Jurnalistik Televisi: Teknik Memburu dan Menulis Berita, setidaknya ada empat jenis liputan. Ketika jenis liputan itu adalah liputan berita momentum (moment news), liputan berita terencana (event news), liputan berita fenomena, dan liputan berita lanjutan (follow-up news).

§ Berita Momentum

Berita momentum adalah berita yang tak teragendakan yang berasal dari peristiwa

tiba-tiba. Yang termasuk dalam jenis berita ini antara lain kecelakaan, bencana, kebakaran, kriminalitas. Peliputan berita momentum membutuhkan jaringan yang luas dengan sumber-sumber informasi seperti polisi, penjaga kamar mayat, pemadam kebakaran, serta masyarakat luas. Peliputan berita momentum juga membutuhkan pantauan terhadap media lain seperti radio dan internet.

§ Berita Terencana (Event News)

Berita terencana atau teragendakan dibuat berdasarkan peristiwa yang disengaja,

direncanakan, atau diagendakan. Yang termasuk jenis berita ini antara lain jumpa pers, unjuk rasa, kegiatan olahraga, hari-hari besar. Meliput berita ini relatif tidak sulit karena narasumber biasanya menghubungi kita. Kita tinggal merencanakan angle liputannya.

§ Berita fenomena

Berita jenis ini berasal dari peristiwa yang sudah menggejala atau menjadi fenomena (kemiskinan, pengemis, tradisi, dll). Berita fenomena memerlukan perencanaan yang panjang serta riset mendalam. Berita jenis ini biasanya diliput untuk membuat laporan panjang (feature, dokumenter, in depth report).

§ Berita lanjutan (follow-up news)

Ide berita jenis ini berasal dari berita yang telah ditayangkan. Berita ini merupakan lanjutan atau follow-up dari berita yang telah ditayangkan sebelumnya. Hari ini misalnya kita menayangkan berita tentang perkelahian antara preman dan mahasiswa IKIP Mataram yang menyebabkan satu mahasiswa tewas. Sebagai follow-up, esoknya kita meliput pemakaman korban tewas.

Wawancara: Persiapan dan Teknik

Dalam peliputan, reporter kerap harus mewawancarai narasumber. Untuk membantu Anda ketika mewawancarai narasumber, di sini akan disajikan persiapan dan teknik wawancara yang dikutip dari buku News Reporting and Writing yang ditulis oleh Melvin Mencher.

§ Persiapan Wawancara

Jelaskan secara umum kepada narasumber pertanyaan yang akan diajukan, tetapi jangan menjelaskannya secara rinci. Jawaban pertama yang spontan seringkali merupakan jawaban sesungguhnya.

Sedapat mungkin jangan membuat narasumber gugup di depan kamera. Buatlah narasumber percaya diri.

Jangan bertingkah seolah Anda mengetahui segalanya. Tetapi, persiapkan diri Anda pada subyek pertanyaan, agar Anda paham apa yang Anda tanyakan dan paham jawaban narasumber.

Fokus pada pertanyaan yang jawabannya ingin Anda dapatkan dari narasumber, karena durasi berita televisi sangat terbatas.

§ Teknik Wawancara

Jangan mengajukan pertanyaan yang jawabannya ‘’ya’’ atau ‘’tidak.’’

Jangan mengajukan pertanyaan yang terlampau panjang.

Jangan mengarahkan jawaban narasumber.

Ajukan pertanyaan berdasarkan jawaban narasumber—jangan mengajukan pertanyaan yang telah Anda siapkan. Simak jawaban narasumber dan ajukan pertanyaan berdasarkan jawaban itu.

Ajukan hanya satu pertanyaan. Jangan mengajukan pertanyaan ganda.

Sadar waktu. Potonglah jawaban yang terlalu panjang atau berulang-ulang.

Buatlah narasumber senyaman mungkin di depan kamera sebelum mengajukan pertanyaan.

Sedapat mungkin pertanyaan yang diajukan berada dalam satu topik.

Sesuaikan tekanan pertanyaan dengan pengalaman narasumber.

Etika Peliputan

Dalam peliputan, seringkali terjadi konflik antara wartawan dan narasumber. Tak jarang berita yang kita tayangkan menuai somasi dari narasumber. Untuk menghindari hal tersebut, jurnalis harus memiliki etika dalam peliputan. Etika peliputan di sini didasarkan pada Keputusan Komisi Peyiaran Indonesia No. 009/SK/KPI/8/2004 tentang Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran Komisi Penyiaran Indonesia.

§ Pencegatan atau Doorstopping

Dalam peliputan, kita seringkali harus mencegat narasumber untuk diwawancarai atau diambil gambarnya. Dalam dunia jurnalistik televisi, ini lazim disebut doorstopping. Doorstopping atau pencegatan adalah tindakan menghadang narasumber tanpa perjanjian untuk ditanyai atau diambil gambarnya. Dalam doorstopping atau pencegatan ini, berdasarkan pasal 22 Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran Komisi Penyiaran Indonesia, wartawan televisi harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

Hanya dapat mencegat narasumber di ruang publik.

Tidak memaksa atau mengintimidasi narasumber.

Menghormati hak narasumber untuk tidak menjawab atau tidak berkomentar.

§ Privasi Mereka yang Tertimpa Musibah

Dalam peristiwa bencana, kecelakaan, atau kriminalitas, kita seringkali harus

mengambil gambar atau mewawancarai para korban. Dalam hal ini, jurnalis televisi harus memperhatikan privasi para korban atau mereka yang tertimpa musibah. Sesuai dengan pasal 23 Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran Komisi Penyiaran Indonesia, jurnalis televisi harus mengikuti ketentuan seperti berikut:

Peliputan subyek yang tertimpa musibah harus dilakukan dengan mempertimbangkan proses pemulihan korban dan keluarganya.

Tidak boleh memaksa, menekan, mengintimidasi korban kecelakaan, bencana, atau kejahatan serta mereka yang berduka.

Tak boleh mewawancarai korban kejahatan asusila secara terperinci.

§ Narasumber Anak dan Remaja

Kita harus hati-hati ketika mewawancarai atau menjadikan anak dan remaja

Sebagai narasumber. Berkaitan dengan itu, Pasal 18 Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran Komisi Penyiaran Indonesia, mengatur hal-hal sebagai berikut:

Anak dan remaja di bawah 18 tahun tak boleh diwawancarai mengenai hal-hal di luar kapasitas mereka untuk menjawabnya, misalnya tentang kematian orangtua, perceraian orangtua, atau perselingkuhan.

Keamanan dan masa depan anak dan remaja yang menjadi narasumber harus dipertimbangkan.

Anak dan remaja yang terkait permasalahan dengan polisi atau proses pengadilan, terlibat kejahatan seksual atau menjadi korban kejahatan seksual harus disamarkan atau dilindungi identitasnya.