Friday, January 30, 2009

34 Tewas dalam Kerusuhan di Madagaskar

ANTANANARIVO — Presiden Madagaskar Marc Ravalomanana, Rabu (28/1), menuduh pesaing utamanya memicu kerusuhan politik di ibu kota Antananarivo yang menewaskan paling tidak 34 orang.

Unjuk rasa anti pemerintah yang diimbau Wali Kota Andry Rajoelina berubah menjadi kerusuhan, ketika massa menjarah dan membakar gedung stasiun radio negara dan menyerbu stasiun televisi pribadi milik Ravalomanana.

Wali kota berusia 34 tahun itu, yang menyebut Ravalomanana sebagai seorang diktator, mengumumkan penghentian sementara aksi protes, tetapi deputinya mengatakan bahwa unjuk rasa-unjuk rasa akan dimulai lagi Rabu ini. Akibatnya, ratusan pendukungnya berkumpul di sebuah taman kota itu di mana Rajoelina menyelenggarakan rapat raksasa akhir pekan dan menyerukan pemogokan umum.

"Kami akan tetap untuk memulai kembali protes-protes. Kami menunggu wali kota datang ke Place du 13 Mai," kata Andriamahazo Nirby Lanto. "Kami tidak melakukan unjuk rasa kemarin untuk menghormati mereka yang tewas dalam unjuk rasa serta untuk menjamin ketertiban," tambahnya.

Para petugas pemadam kebakaran, Selasa kemarin, menemukan tiga mayat di reruntuhan sebuah pusat pertokoan yang dibakar. Enam mayat lagi ditemukan di sebuah gudang milik Ravalomanana. Dua pemrotes dan seorang tahanan melengkapi jumlah korban itu.

Ravalomanana, yang mantan Wali Kota Antananarivo, menyalahkan Rajoelina atas terjadinya peristiwa berdarah itu. Ravalomanana terpaksa buru-buru pulang, Minggu, dan tidak menghadiri KTT di Afrika Selatan karena ia berusaha mengatasi ancaman terbesar konflik politik terburuk Madagaskar sejak ia terpilih kembali tahun 2006.

Ia mengatakan tidak mengerahkan militer karena tindakan itu hanya akan menambah pertumpahan berdarah lebih lanjut.

Ravalomanana (59), yang pertama kali berkuasa setelah pemilu-pemilu yang disengketakan tahun 2001, menyerukan persatuan nasional dan perundingan-perundingan dengan pesaingnya yang lebih muda.

Deputi Rajoelina, Nirby Lanto, mengatakan tidak ada perundingan antara kedua orang yang berseteru itu dan menambahkan Ravalomanana "tidak dipercaya" secara nasional.

Pertikaian antara Rajoelina dan presiden itu memburuk pada bulan lalu akibat penutupan jaringan televisi penting karena menyiarkan satu wawancara dengan mantan Presiden Didier Ratsiraka. Rajoelina menjadi wali kota setelah mengalahkan kandidat dari Partai Ravalomanana sebagai calon independen dalam pemilihan kota praja tahun 2007

From: www.kompas.com

No comments: