Sunday, January 11, 2009

Bush Dilaporkan Menolak Rencana Penyerangan Iran


WASHINGTON - Presiden George W. Bush menolak permohonan Israel tahun lalu yang meminta AS membantunya menggeledah kompleks nuklir utama Iran. Permintaan Israel tersebut berupa bom khusus yang dapat meledakkan bunker, dan ijin melewati teritori udara Irak guna mencapai kompleks nuklir utama Iran di Natanz.

Seperti diberitakan, Natanz merupakan satu-satunya pusat pengayaan uranium yang diketahui di Iran. Demikian dilaporkan The New York Times dalam edisi online-nya, Sabtu (10/1) lalu. Namun, Gedung Putih menolak permintaan tersebut. Kendati demikian, Gedung Putih mengatakan permintaan tersebut dapat meningkatkan kerja sama intelijen AS dan Israel pada misi terselubung AS untuk menyabotase program nuklir Iran.

Program terselubung, yang dimulai awal tahun 2008, terdiri dari rencana untuk masuk ke dalam mata rantai pemasok bahan nuklir Irak di luar negeri, serta menghancurkan sistem jaringan listrik dan jaringan lainnya, kata the Times. The Times juga mengutip wawancara dengan beberapa pejabat dan mantan pejabat, di luar para ahli dan tim inspeksi nuklir internasional. Menurut mereka, program terselubung ini akan diserahkan ke Presiden AS terpilih Barack Obama, yang akan memutuskan apakah program tetap dilanjutkan.

Menurut the Times, Bush menghindari penyerangan secara terbuka berdasarkan masukan dari pejabat-pejabat senior, seperti Menteri Pertahanan Robert Gates. Gates mengatakan, penyerangan terbuka terbukti tidak efektif, dan dapat memicu perang yang meluas di Timur Tengah.

Permintaan Israel untuk terbang di teritori Irak untuk menyerang Iran merupakan buntut dari laporan badan intelijen AS di penghujung 2007, yang menyatakan bahwa Iran telah menghentikan pengembangan senjata nuklirnya empat tahun lebih awal. Laporan ini membuat Israel naik pitam. Israel kemudian berusaha menyanggah laporan tersebut, dan menyerahkan bukti-bukti yang menyatakan bahwa Iran masih mengembangkan senjata nuklirnya.

Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional Gordon Johndroe menolak memberikan komentar, Sabtu (10/1).

Sebelumnya, dalam sebuah wawancara dengan Associated Pers minggu ini, Penasehat Keamanan Nasional Bush, Stephen Hadley, mengatakan, Iran merupakan tantangan terbesar Obama di kawasan Timur Tengah. Ia juga mengatakan, sanksi yang lebih berat dibutuhkan untuk mendesak Taheran mengurungkan ambisi pengembangan nuklirnya, serta berhenti mendukung kelompok ekstrimis.

Hadley menambahkan, pemerintahan Bush telah berusaha untuk menopang dan mengumpulkan pengaruh sebagai warisan kepada pemerintahan Obama.

Bulan lalu, Obama mengatakan, kombinasi insentif ekonomi dan sanksi yang lebih berat mungkin akan berhasil menekan Teheran. Obama juga mengatakan, dirinya akan mengusahakan diplomasi keras

From: www.kompas.com

No comments: