Sunday, February 1, 2009

Matador Cilik Bunuh 6 Banteng

MERIDA — Michel Lagravere Peniche mencetak rekor sekaligus kontroversi. Bocah 11 tahun itu kini tercatat sebagai matador termuda yang berhasil menewaskan banteng terbanyak (enam ekor) dalam satu pertarungan.

Video rekaman pertarungannya telah dikirimkan ke Buku Rekor Dunia Guinness untuk mendapat pengesahan gelar matador termuda dengan korban terbanyak. “Saya senang sekali berhasil meraih prestasi ini,” kata bocah yang biasa dipanggil Michelito itu saat meninggalkan gelanggang pertarungan di Kota Merida, Meksiko.

Namun, kejayaan Michelito justru menuai kecaman dari lembaga-lembaga perlindungan anak dan kelompok anti-adu banteng (bullfighting). “Ini bentuk kekerasan terhadap anak. Dia diajar membunuh banteng untuk kesenangan sejak kecil. Hal ini akan menimbulkan gejolak di Meksiko dan seluruh dunia. Sayang sekali anak seusia itu rusak sejak awal,” kata juru bicara Liga Melawan Olahraga Kejam.

Upaya pemecahan rekor oleh Michelito itu sempat tertunda karena pelarangan oleh Wali Kota Merida. Alasannya, tidak sah bagi anak di bawah 18 tahun untuk berpartipasi dalam pertunjukan dengan risiko tinggi.

Tetapi kejaksaan tinggi negara bagian Yucatan membatalkan pelarangan itu beberapa jam sebelum adu banteng itu digelar. Ini berkat banding yang diajukan Michel Lagravere, ayah Michelito, yang mantan matador asal Prancis.

Penampilan Michelito mengundang decak kagum sekitar 3.500 penonton di Merida. Di jagat adu banteng, bocah itu memang sudah punya nama. Kariernya sebagai matador dimulai sejak dia berumur empat tahun. Kali pertama melawan banteng saat usianya mencapai enam tahun.

Dia membunuh banteng pertamanya saat berusia sembilan tahun. Hingga kini dia telah menjalani 100 adu banteng di seluruh dunia. Puluhan banteng pun kehilangan nyawa di tangannya.

Michelito dan ayahnya tidak memedulikan berbagai kecaman. “Yang menentang adu banteng seharusnya tidak ikut campur. Toh tidak ada yang memaksa mereka nonton atau mencari informasi tentang adu banteng. Merepotkan saja,” ejek Michelito.

Tahun lalu, bocah ajaib itu mengundang kecaman dari masyarakat Prancis saat dia bersafari adu banteng di negeri ayahnya itu. Beberapa kota mencekalnya setelah kelompok-kelompok anti-adu banteng berkampanye di seluruh negeri.
Di Spanyol, tempat asal olahraga ini, Michelito tidak bisa bertanding karena batasan minimal usia matador adalah 16 tahun. Dia kemudian lebih banyak tampil di negara-negara Amerika Latin yang aturannya lebih longgar.

“Saya tidak punya alasan untuk melarangnya. Orang-orang yang mengikuti perjalanan karier anak saya pasti melihat bahwa Michelito memiliki kualitas istimewa,” ujar Diana Peniche, ibunya. “Tidak ada yang bisa melarang saya bertarung. Banyak orang melempari saya uang, tapi saya tidak mencari uang. Itu nanti datang sendiri. Saat ini saya hanya ingin melawan banteng. Saya dilahirkan sebagai matador dan akan mati sebagai matador,” ujarnya tegas.

From: www.kompas.com

No comments: